Jumat, 03
February 2012
“Dengan
background advokat yang dimiliki, Hotma dan Tasman diharapkan sudah bisa
langsung bekerja memberi perlindungan kepada saksi dan korban”
Kursi kosong Anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban (LPSK) akhirnya terpenuhi. Komisi III baru saja memilih dua anggota LPSK pengganti dari enam calon yang tersedia. Pemilihan dilangsungkan oleh 49
anggota Komisi III (dari total 54 anggota). Lima anggota berhalangan hadir.
Calon yang terpilih adalah Hotma David Nixon dan Tasman Gultom. Keduanya
berlatar belakang profesi sebagai advokat.
Anggota Komisi III dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Indra mengatakan para anggota Komisi III tak memperhatikan latar belakang calon dalam melakukan pemilihan. “Saya melihat teman-teman melihat secara umum. Mereka melihat presentasi yang ditampilkan dan tak terlalu melihat background calon,” ujarnya usai pemilihan di Gedung DPR, Kamis (3/2).
Meski begitu, Indra berharap dengan latar belakang yang dimilikinya anggota terpilih ini dapat segera bisa bekerja sama dengan anggota LPSK yang sudah ada. “Dengan background advokat, kami berharap mereka bisa memahami (tugas LPSK) karena sudah terbiasa menangani konlik dan menangani klien,” ujarnya.
Ia juga menilai Tasman Gultom menjadi idola di kalangan para pemilih karena dia mampu meyakinkan dalam presentasi dan sesi tanya jawabnya. Sedangkan, Hotma David Nixon, bisa terpilih karena mendapat dukungan dari salah satu partai politik besar. “Saya dengar dia mendapat dukungan dari PDIP,” ujarnya.
Secara pribadi, Indra mengaku awalnya menjagokan Ahmad Taufik. Sebagai jurnalis yang malang melintang di daerah konflik, Taufik dianggap layak menduduki kursi LPSK. Sayangnya, presentasi yang disajikan seakan tak disiapkan dengan baik.
“Saya berharap orang-orang seperti Mas Taufik atau Bu Lily ikut mendaftar lagi pada pemilihan LPSK ke depan. Ini kan 1,5 tahun lagi akan dilaksanakan pemilihan kembali,” ujarnya.
Anggota Komisi III dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Indra mengatakan para anggota Komisi III tak memperhatikan latar belakang calon dalam melakukan pemilihan. “Saya melihat teman-teman melihat secara umum. Mereka melihat presentasi yang ditampilkan dan tak terlalu melihat background calon,” ujarnya usai pemilihan di Gedung DPR, Kamis (3/2).
Meski begitu, Indra berharap dengan latar belakang yang dimilikinya anggota terpilih ini dapat segera bisa bekerja sama dengan anggota LPSK yang sudah ada. “Dengan background advokat, kami berharap mereka bisa memahami (tugas LPSK) karena sudah terbiasa menangani konlik dan menangani klien,” ujarnya.
Ia juga menilai Tasman Gultom menjadi idola di kalangan para pemilih karena dia mampu meyakinkan dalam presentasi dan sesi tanya jawabnya. Sedangkan, Hotma David Nixon, bisa terpilih karena mendapat dukungan dari salah satu partai politik besar. “Saya dengar dia mendapat dukungan dari PDIP,” ujarnya.
Secara pribadi, Indra mengaku awalnya menjagokan Ahmad Taufik. Sebagai jurnalis yang malang melintang di daerah konflik, Taufik dianggap layak menduduki kursi LPSK. Sayangnya, presentasi yang disajikan seakan tak disiapkan dengan baik.
“Saya berharap orang-orang seperti Mas Taufik atau Bu Lily ikut mendaftar lagi pada pemilihan LPSK ke depan. Ini kan 1,5 tahun lagi akan dilaksanakan pemilihan kembali,” ujarnya.
Nama
|
Profesi
|
Jumlah Suara
|
Hotma David Nixon
|
Advokat
|
25 suara
|
Ahmad Taufik
|
Jurnalis & Advokat
|
9 suara
|
Lily Dorianty Purba
|
Konsultan
|
1 suara
|
Tasman Gultom
|
Advokat
|
49 suara
|
Ade Paul Lukas
|
Advokat
|
6 suara
|
Edisius Riyadi
|
Akademisi
|
8 suara
|
Sebagai informasi, masa tugas Hotma dan Tasman hanya
berusia 1,5 tahun. Mereka berstatus sebagai pengganti dua Anggota LPSK –I Ktut
Sudiharsa dan Myra Diarsi- yang diberhentikan secara tidak hormat karena diduga
terlibat dalam kasus mafia hukum Anggodo Widjojo.
Kasus Korupsi
Meski masa kerjanya sangat singkat, Komisi III tetap
memiliki harapan agar mereka bisa bekerja secara maksimal. Ketua Komisi III
Benny K Harman berharap dua calon terpilih ini dapat memanfaatkan sisa masa
jabatandengan sungguh-sungguh. “Terutama fokus terkait korupsi, narkoba dan
terorisme,” jelasnya.
Sementara, Indra tak terlalu yakin para anggota LPSK yang ada dapat bekerja maksimal selama UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban belum direvisi. Pasalnya, kewenangan LPSK yang diatur dalam undang-undang itu sangat minim.
“Mudah-mudahan janji mereka dan komitmen memberi konstribusi positif di LPSK dapat memberi warna baru. Tapi, revisi UU PSK tetap perlu. Kalau undang-undang ini tak direvisi, sehebat apapun anggotanya akan percuma,” ujarnya.
Berdasarkan catatan hukumonline, dengan terpenuhinya dua kursi yang lowong ini, maka komposisi LPSK ini diketuai oleh Abdul Haris Semendawai (advokat atau penggiat HAM), Lies Sulistiani (akademisi), Lili Pintauli Siregar (advokat), Sindhu Krishno (birokrat), Teguh Soedarsono (polisi), Hotma David Nixon (advokat) dan Tasman Gultom (advokat).
Sementara, Indra tak terlalu yakin para anggota LPSK yang ada dapat bekerja maksimal selama UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban belum direvisi. Pasalnya, kewenangan LPSK yang diatur dalam undang-undang itu sangat minim.
“Mudah-mudahan janji mereka dan komitmen memberi konstribusi positif di LPSK dapat memberi warna baru. Tapi, revisi UU PSK tetap perlu. Kalau undang-undang ini tak direvisi, sehebat apapun anggotanya akan percuma,” ujarnya.
Berdasarkan catatan hukumonline, dengan terpenuhinya dua kursi yang lowong ini, maka komposisi LPSK ini diketuai oleh Abdul Haris Semendawai (advokat atau penggiat HAM), Lies Sulistiani (akademisi), Lili Pintauli Siregar (advokat), Sindhu Krishno (birokrat), Teguh Soedarsono (polisi), Hotma David Nixon (advokat) dan Tasman Gultom (advokat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar